Remja adalah sosok manusia yang belum matang. Hal ini dikarenakan remaja
berada pada fase perkembangan antara anak-anak dan dewasa. Karena
keberadaannya itulah maka remaja dikatakan sebagai tahapan usia yang
belum matang. Remaja juga disebut sebagai usia pencarian identitas atau
jati diri. Dalam proses pencarian jati diri (aku), remaja selalu mencoba
dan mencoba apa yang cocok pada dirinya. Disamping itu, remaja juga
mencari bventuk dirinya kelak dikemudian hari.
Selama proses ini remaja selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik
lingkungan dalam bentuk jasmani ataupun rohani. Keberadaan lingkungan
demikian dekatnya dengan remaja sehingga apa yang terdapat dalam
lingkungan akan dengan mudah diindera. Akibat dari keadaan ini maka
dalam jangka panjang remaja akan terbentuk sesuai dengan lingkungan ang
membentuknya.
Dalam kenyataan, lingkungan ada yang baik dan ada yan buruk. Lingkungan
yang baik akan membentuk remaja menjadi baik dan lingkungan yang buruk
akan membentuk remaja menjadi buruk pula. Peran lingkungan memang
demikian besar dalam proses pembentukan remaja, disamping faktor
hereditas.
Remaja harus pandai menentukan di mana harus berada, pada siapa harus
berteman, bagaimana harus bersikap pada lingkungan yang tidak baik, is
harus menjadi apa dan siapa, bagaimana harus berbuat. Hal ini penting
sebab akan memberikan gambaran tentang sosok remaja bersangkutan. Bila
gagal dalam menjawab pertanaan-pertanyaan diatas maka akan menjadi sosok
remaja yang “tidak diinginkan”. Sungguh ironis apabila remaja menjadi
manusia yang mengalami angst yaitu keterasingan, baik dari diri sendiri,
keluarga, lingkungan dan Tuhannya. Bila hal ini terjadi maka remaja
“bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa”. Remaja bukan lagi menjadi
dirinya, bukan bagian dari lingkungannya dan jauh dari Tuahan.
Keberadaannya tidak lagi diperhitungkan atau wujuduhu ka adamihi (adanya
sama saja dengan tidak adanya). Dampak selanjutnya adalah remaja akan
berbuat semmaunya karena merasa tidak lagi menjadi bagian dari
lingkungannya, sekalipun perbuatannya merugukan diri sendiri, keluarga
dan lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tidak memiliki sense of
responsibility, cuek dan acuh tak acuh.
Problematika Remaja
Sebagaimana yang terungkap dalam pendahuluan di atas, bahwa remaja
adalah satu sosok manusia yang berada di antara dua fase yaitu anak-anak
dan dewasa sehingga karena keberaaannya tersebut, remaja tidak memiliki
kematangan intelektual dan emosional. Kecuali itu, remaja memiliki
banyak ragam problematika yang membebaninya. Problematika tersebut
antara lain :
Pertama, ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini berakibat
pada tindakan yang tidak rasional, cenderung emosional dan tanpa pikir
panjang. Hal ini sangat bertentangan dengan dasar dan kaedah Agama.
Sabda Rasulullah SAW. :
Artinya : Jika kamu ingin melakukan suatu pekerjaan maka pikirkanlah
akibatnya. Apabila akibatnya baik maka lakukanlah dan apabila akibatnya
buruk maka jauhilah (HR. Ibn al-Mubarak)
Al-Hadits ini memberi pesan akan pentingnya tindakan rasional dan
preventif supaya tidak terjerumus pada kerusakan dan kebinasaan. Firman
Alah SWT.
Artinya : …Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan…(QS. Al-Baqoroh : 195)
Kedua, tidak mampu berprestasi dan membanggakan prestasi orang tua.
Kesulitan belajar sering dialami sebagian remaja. Kesulitan dalam
pengertian yang sebenarnya ataupun kesulitan yang disebabkan hilangnya
minat belajar dan membaca. Hal ini kan berakibat pada sulitnya meraih
prestasi. Dalam kondisi nafi prestasi, remaja kemudia membanggakan
prestasi keluarganya (orang tua, dsb) baik dalam bentuk ucapan maupun
tindakan. Ali KW. berkata :
Bukanlah pemuda orang yang mengatakan ini (prestasi) bapakku, tetapi pemuda adalah yang mengatakan ini (prestasi) aku.
Rasulullah juga bersabda :
Artinya : Jadilah kamu seseorang yang kakinya menginjak tanah sedangkan cita-citanya tergantung di bintang tsuroya.
Ketiga, solidaritas berlebihan. Solidaritas berlebihan akan menyebabkan
tindakan pembelaan yang berlebihan. Pembelaan terhadap teman secara
berlebihan akan mengakibatkan tertutupnya mata dan telinga akan
kebenaran. Karena teman, sekalipun salah maka akan dibela mati-matian.
Firman Allah SWT. :
Artinya : … dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan
takwa. Dan jangan tolong menolong kamu sekalian dalam dosa dan
permusuhan (QS. Al-Maidah :2)
Keempat, lebih mengandalkan okol daripada akal. Bagi remaja yang
mempunyai kelebihan fisik cenderung membanggakan fisiknya yang di atas
rata-rata teman sebayanya. Sebagai bahan renungan sangatlah tepat
memperhatikan Hadits Nabi SAW. :
Artinya : Tidaklah disebut kuat orang yang mengandalkan otot, tetapi
orang kuat adaah orang yang mampu menahan hawa nafsunya ketika marah
(HR. Bukhori dan Muslim)
Kelima, dalam hal cinta dan benci cenderung berlebhan. Pengungkapan
cinta dan benci pada remaja sering tidak terkontrol. Saat dia mencintai
seseorang seakan-akan tidak ada orang lain lagi yang layak dicintai.
Demikian juga ketika dia membenci seseorang seakan-akan tidak ada orang
lain lagi yang layang dibenci. Islam mengajarkan cinta dan benci kepada
ummatnya dengan sangat tegas, yaitu supaya dalam mencintai dan membenci
sewajarnya saja : Hadits Rasul SAW. :
Artinya : Cintailah kekasihmu sewajarnya saja sebab bisa jadi ia menjadi
orang yang sangat kamu benci suatu hari nanti. Bencilah orang yang kamu
benci sewajarnya saja sebab bisa jadi ia menjadi orang yang sangat amu
cintai suatu hari nanti. (HR. At-Tirmidzi)
Ma’na dan hikmah silaturrahmi
Silaturahmi berasal dari kata berbahasa arab yang berarti menyambung,
menghubungkan dan kasih sayang, kekerabatan. Silaturrahmi dimaksudkan
sebagai upaya menyambung, menghubungkan dan menggabungkan kasih sayang
serta kekerabatan antara dua orang atau lebih, baik yang semula ada
hubungan persaudaraan atau tidak.
Silaturrahmi dalam Islam sangat ditekankan untuk dilaksanakan karena
hikmahnya sangat besar. Keretakan hubungan saudara dapat dipertautkan
kembali dengan silaturrahmi. Dua orang yang bukan saudara juga dapat
dipersatukan dengan silaturrahmi.
Urgensi silaturrahmi dapat dilihat dakam Al-Qur’an dan Al-Hadits berikut ini :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;
dan daripada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan
silaturrahmi…” (QS. An-Nisa’ :1)
“Orang arab pedesaan bertanya : ya Rasul-Allah, kabarkan kepadaku
tentang sesuatu yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkan
diriku dari neraka ?! Nabi menjawab :…dan sambunglah tali silaturrahmi
!”(HR. Bukhari dan MUslim)
“Rasulullah bersabda : hubungan kekeluargaan itu digantungkan pada
‘arsy. Ia berkata : barang siapa yang menyambungku Allah akan
menyambungkannya dan barang siapa yang memutuskanku maka Allah akan
memutuskannya pula” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Nabi bersabda : Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan
dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung tali silaturrahim”
(Mutafaq ‘Alaih)
Berdasarkan keterangan ayat dan hadits di atas jelaslah bahwa
silaturrahmi merupakan unsur pokok dalam membangun persaudaraan dan
mempererat pertautan kekerabatan. Dengan silaturrahmi dapat tercipta
suasana kondusif untuk menciptakan rasa saling menyayangi dan mengasihi
antar sesama. Orang lain akan tampak sebagaimana saudara dan bukan
musuh. Apabila orang lain telah tampak sebagai saudara maka akan
diperlakukan sebagai saudara.
Silaturrahmi akan membuka kran keterbukaan antar sesama. Dengan adanya
keterbukaan maka tidak ada kebekuan hubungan. Selanjutnya akan mudah
diadakan penyelesaian masalah bila terjadi mis understanding atau mis
communication. Pertanyaannya adalah dimana peran silaturrahmi ?
Pada akan tulisan ini akan dicoba diuraikan peran silaturrahmi dalam
memberikan problem solving atas beberapa masalah yang dihadapi remaja.
Masalah ini termasuk masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia
saat ini. Masalah-masalah tersebut terumuskan dalam masalah hilangnya
jiwa persatuan dan kesatuan.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami persoalan
dan mendesak untuk diselesaian. Indonesia sebagai negara besar yang
terdiri dari beribu-ribu pulau, suku, adat kebiasaan, budaya dan bahasa
sangat mengagumkan siapa saja. Namun keanekaragaman semua itu saat ini
tidak dapat dipertahankan dalam satu wadah kesatuan dan kebersamaan.
Keanekaragaman itu kini menjadi tercerai berai dan menjadi sebab
hilangnya jiwa persaudaraan dan saling mengasihi diantara sesama anak
bangsa. Perbedaan – perbedaan itu kini muncul dalam wajah yang sangat
mencolok dan masing-masing menghilangkan rasa penghargaan terhadap
perbedaan. Kasus pertengkaran kecil bisa meluas menjadi kerusuhan SARA
karena kebetulan pelakunya berbeda suku bangsa. Perbedaan agama memicu
pertumpahan darah yang tak kunjung terselesaukan. Kasus pencurian ayam
bisa berubah menjadi kasus pembnuhan sadis. Sekedar isu dukun santet
kemudian berkembang menjadi tragedi nasional berupa
pembunuhan-pembunuhan berencana yang sadis dan beantai.
Persoalan bangsa yang sudah demikian berat masih ditambah dengan
persoalan yang diperbuat oleh kaum mudanya. Kaum muda yang menjadi
harapan bangsa ternyata hanya bisa mengandalkan otot dan bukannya otak.
Mereka lebih suka menggunakan emosi daripada rasio. Akibatnya mereka
mudah terbakar oleh hal-hal sepele. Berbagai macam persoalan muncul ke
permukaan sebagai akibat perbuatan mereka. Misalnya tawuran massal,
pengangguran, premanisme, hedonisme, pragmatisme, pergaulan bebas,
pecandu obat-obat terlarang dan sebagainya. Persoalan – persoalan besar
sudah merambat sampai ke lingkungan sekitar. Berkali-kali terjadi
perkelahian antar desa yang melibatkan peluhan bahkan ratusan
pemuda/remaja. Banyaknya remaja menjadi pecandu narkoba. Dan sebagian
mereka sudah terlibat dalam aksi premanisme.
Dengan silaturrahmi diharapkan dapat ditemukan solusi terbaik guna
merampungkan berbagai persoalan yang ada. Dari silaturrahmi paling tidak
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Pertama, menyambung kembali benang persaudaraan yang putus dan sekaligus menyadari akan akibat yang ditimbulkan.
Kedua, membangun kembali jiwa kebersamaan dan tolong menolong diantara sesama.
Ketiga, menciptakan rasa saling mengasihi.
Keempat, Membangun rasa saling percaya dan menghilangkan rasa saling curiga dan buruk sangka (su’u dzan).
Kelima,mudah mencari tabayyun bila terjadi isu yang potensial mengakibatkan pertengkaran.
Keenam, mudah pula terjadi saling mengingatkan dan menasehati (taushiyah)
Ketujuah, mebambah dan memperbanyak saudara.
Kedelapan, meningkatkan kerjasama dalam segala hal yang baik.
Kesembilan,”memperpanjang umum”.
Kesepuluh, “memperbanyak rizki”.
Penutup
Demikianlah tulisan singkat ini, mudah-mudahan dapat memberikan dorongan
untuk menciptakan persaudaraan dengan mengintensifkan silaturrahmi dan
memberikan konstribusi untuk membangun kesadaran akan bahaya yang
ditimbulkan bila meninggalkan silaturrahmi. Pertengkaran dan perpecahan
akan menyebabkan kita semakin rapun dan menanggung kerugian
dunia-akherat.
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4031884692237393958#editor/target=post;postID=8983803485000243097
Senin, 08 Februari 2016
22.10
No comments
0 komentar:
Posting Komentar